Kamis, 23 Desember 2010

Di Atas Bumi Kami,Tumuh Airmata yang Subur

Di Atas Bumi Kami, Tumbuh Airmata yang Subur

Di atas bumi kami, tumbuh airmata yang subur
Langitnya mendung bertubi-tubi,
Pertanda hujan menyelimuti tenda-tenda kehidupan yang dipasung jeruji sunyi

Ada banyak empati, juga segepok wajah gelisah
Ada banyak tangki berisi darah, juga wajah bocah penuh nanah
Ada banyak tangis yang terlahir dari rahim, disambut selimut yang basah
Ada banyak kedinginan, dan lapar merekah
Sungguh, ada banyak kesedihan dengan wajah yang berubah-ubah

Di bawah langit yang menaungi bumi kami,
Ada atap-atap yang tertimbun tangis
Dan makam-makam yang mendesis,
seperti bunyi ular raksasa yang siap menelan sisa mimpi anak-anak kami
Gigi mereka belum lagi tumbuh sempurna, ingusnya mengering di lengan seragam sekolah
Namun, hari-hari yang selalu petang, dan tak jua beranjak terang,
mengajari mereka banyak hal,
Begitu banyak,
hingga mereka telah mampu mengeja syair yang dititipkan Tuhan lewat gelegar di malam-malam mereka yang temaram

‘Bukankah hidup bukan untuk hari ini yang tergenang banjir
Bukan juga untuk hari kemarin yang dilanda petir
Atau hari esok yang tampak mendung bergulir

Tapi hidup ini untuk waktu yang entah
Sampai kita menjemput sisa pijakan di dunia berantah
Dan kita menyaksikan senyum Tuhan merekah’

Jadi, saat bumi ini tumbuh di bawah langit yang temaram,
Saat bumi ini subur oleh luka yang lebam,
Tuhan tengah menyiapkan sebuah pualam,
Ada banyak pelangi yang benderang
Dan senyum Muhammad yang gemilang
Serta wajah Indonesia yang berangsur cemerlang

Senin, 26 Juli 2010

catatan hari ini

EHM... perjuangan masih panjang... tidak akan buru-buru berakhir... bekal harus ditambah.... kuliah, organisasi, kehidupan bersama keluarga,,,, semuanya perjuangan,,, belum ada tanda-tanda garis finish.. aku juga masih ingin berjuang, di sisi orang-orang yang aku cintai....

Jika Aku Kecewa pada Ayah (Tidak pernah sebenarnya)

Jika aku kecewa kepada ayah

Jika aku kecewa kepada ayah, aku menangis dalam pelukan sunyi
Di dana kutemukan wajah ayah yang lesu, kertas tagihan terlipat di saku kemeja usangnya
Lalu kulihat ia memaksa guratan senyum di antara keriputnya yang melepuh
Ayah, selalu tak pernah sanggup aku menghadirkan ingatan tentang tawamu, sebab kau memang jarang sekali tertawa
Apakah itu pertanda bahwa hidupmu lebih sering dilena durja daripada bahagia?
Ayah, saat aku kecewa padamu, aku akan tetap memelukmu dengan hangat dan membisikkan cinta
Paling tidak, aku masih meyakini, cinta kami dapat membantumu melanjutkan perjalanan yang bercadas
Paling tidak, aku masih meyakini, cintamu melebur api, menebas buih dan mengharum hingga ke sum-sum kehidupanku
Di sudut hari,
Ahad, 6 Juni 2010

Jumat, 23 Juli 2010

karang

karang itu berbicara tentang kerinduan, tentang air mata bunda
karang juga berbicara tentang peluh ayah dan warna-warni kehidupan
seandainya karang berwarna biru (atau memang ada karang berwarna biru)
mungkin kehidupan akan lebih indah)
hmmm,,,,,, hahah.... hanya sekedar mencoret.....
tanpa makna,,,, tanpa jiwa yang mengarang... (maksudnya berubah menjadi karang ^_^)

Selasa, 06 Juli 2010

Testing

ehm... banyak hal yang harus ditulis tentang kehidupan ini yang telah mewarnai hari demi hari.
Banyak jejak yang tak sempat dicatat memori...
ehm,, aku ingin berkisah hari ini, tapi kisahku tertelan senja yang mengusik malu-malu pada hari yang biru...
sudahlah!

Rabu, 30 Juni 2010

belajar menulis surat patah hati

Aku mengenalmu lewat satu kata sederhana
Aku mencintaimu, seumpama gerimis yang dating tiba-tiba
Aku merasa kehilanganmu seumpama mentari yang kehilangan embun yang selalu mengucapkan salam perpisahan saat ia belum sempat menulis bait cintanya
Seperti apa aku akan merinduimu jika aku belum berhak?
Seperti apa aku akan mencintai orang lain jika namamu selalu tak memberiku alasan untuk mencintai orang selain dirimu

Jika aku pernah mencoba untuk membagi hati, aku tak pernah menemukan hatiku kecuali dalam kegagalan yang sempurna
Aku mencintaimu, tapi ini salah besar, kau tak pantas untuk aku cintaiku
Kau membagi cinta dengan mudah sementara aku menahan perih tanpa mampu menahan langkahmu meninggalkanku, atau tanpa mampu menghentikan hatimu yang selalu mendua

Jika ini semau tentang sebuah nama, aku ingin kau yang membacanya,
sekarang juga…………!!!!!!!!!!!!!
Sebelum aku menemuimu di persimpangan yang tak lagi mampu memberikan pilihan untukmu, atau untukku

Dustakah semua kata cinta yang pernah kau bisikkan?
Jika bukan sebuah skenario, tunjukkanlah bahwa paling tidak kau pernah mencintaiku dan menangis memohon agar aku tak meninggalkanmu, seperti yang dulu kau ucapkan dari seberang telepon, seperti yang kau lakukan waktu roda motormu mengejar mobil yang aku tumpangi demi bersembunyi darimu……….

Katakan sesuatu yang dapat menghentikanku mencintaimu..
Tolonglah, katakan!

Jika aku boleh mencintaimu, sekali lagi, aku memilih untuk tidak mencintaimu
Terlalu menyakitkan, sebab aku tak mau lagi terluka
Mencintaimu adalah kepedihan, seperti saat aku tahu bahwa sendiriku karena tak kutemukan dirimu pada diri orang lain
Sebab aku kini mulai menyadari bahwa ternyata aku begitu mengharapkanmu, meski aku menyadari bahwa aku tak pernah menginginkan ini, meski aku tahu bahwa belum saatnya aku merindui…

Jika boleh aku membencimu, jika boleh,,,,

“If this is about my soul, take it! Because I don’t want it without you” (Issabela, Twilight 2)

Aku ingin sekali membencimu, bantu aku, aku (ingin) membencimu

Tuhan, bantu aku,,,,,,,


Ahad, 2 Mei 2010